MENGATASI WRITER'S BLOCK
MENGATASI WRITER’S BLOCK
Resume
ke-7
Gelombang
28
Tanggal
: 23 Januari 2023
Tema
: Mengatasi Writer Block
Nara
Sumber : Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr
Moderator
: Raliyanti, S.Sos.M.Pd
Assalamualaikum
Wr.Wb.
Alhamdulillah
pada malam ini Senin, 23 Januari 2023 kita masih diberi kesempatan oleh Allah
SWT untuk mengikuti kegiatan KBMN pertemuan ke-7 dalam keadaan sehat walafiat.
Pada pertemuan malam ini materi akan dibawakan oleh Ibunda Ditta Widya Utami,
S.Pd.Gr dengan Moderator Ibu Raliyanti, S.Sos.M.Pd dengan tema Mengatasi writer’s block. Ibu
Ditta Widya Utami, S.Pd.Gr. adalah salah satu guru
IPA di SMPN 1
Cipeundeuy, Subang, Jawa
Barat. Menikah dengan Muhammad Kholil, S.Pd.I. dan telah dikaruniai
seorang anak laki-laki bernama Muhammad Fatih Musyfiq. Selain aktif di MGMP,
anak kedua dari pasangan Dastewi, S.Pd. dan Tia Makmur Setiana, S.Pd. ini juga
aktif di bidang literasi. Beliau juga alumni dari KBMN alumni ke-7.
Seperti
biasanya moderator mengagendakan kegiatan malam ini dengan membagi acara
sebagai berikut:
1. Pembukaan
2. Paparan Materi
3. Tanya Jawab
4. Penutup
Moderator membuka kegiatan malam ini
dengan sejenak menundukkan kepala, bermunajat kepada Allah SWT agar ilmu yang
kita dapat malam hari ini bermanfaat dan berkah untuk kita semua. Amin
Narasumber
ibu Ditta menyampaikan bahwa siapa pun yang ingin menjadi penulis andal, maka
harus siap dengan prosesnya. Tak bisa instan dan tentu diperlukan jam terbang
yang cukup banyak agar bisa menjadi seperti Omjay, Bunda Kanjeng, Pak Dail,
Bunda Aam, Bu Rali, Mr. Bams, Prof. Eko, dan lainnya yang tak bisa saya sebut
satu per satu.
Bu Ditta senang membaca buku-buku
cerita sejak kecil (sebelum SD). Senang menulis sejak di sekolah dasar (dalam
buku diary). Lalu saat SMP, sering mengirim tulisan ke mading sekolah dan
pernah menulis cerita di buku tulis yang dibaca bergiliran oleh teman-teman.
Atas arahan guru Bahasa Inggris beliau saat itu, beliau menulis diary dalam
bahasa Inggris. Ketika
SMA, beliau masih tetap menulis diary. Beberapa teman dekat yang membaca diary
beliau sempat berkomentar bahwa tulisannya sudah seperti novel. Namanya anak
remaja, banyak emosi yang dituangkan dalam catatan Ditta remaja. Namun
belakangan, beliau tahu bahwa menulis apa pun yang mereka rasakan bisa menjadi
self healing yang baik. Bahkan saat ini, beberapa psikolog ada yang menyarankan
kepada para pasiennya untuk menulis sebagai salah satu cara mengatasi depresi
dsb.
Rupanya kebiasaan menulis tersebut
memberi banyak manfaat. Misalnya ketika kuliah, beliau pernah membuat buku Petualangan
Kimia bersama rekannya dan diikut sertakan dalam Lomba Kreativitas Mahasiswa di
Jurusannya. Alhamdulillah meraih posisi kedua. Di saat kuliah ibu Ditta menulis
proposal bersama teman-teman dan mereka berhasil mendapat dana hibah untuk
asosiasi profesi dari Dikti hingga 40 juta. di tahun 2009-2010 jumlah tersebut
tentu sangat besar.
Awal
masuk dunia kerja, bisa dibilang saya cukup vakum menulis. Mengajar di boarding
school dengan aktivitas yang padat membuat saya mengambil jeda sejenak dalam
dunia kepenulisan. Hingga akhirnya di awal masa pandemi, beliau mengikuti kelas
menulis bersama PGRI dan masuk di angkatan ke-7. Beliau sangat bersyukur,
karena berawal dari arahan untuk membuat resume, beliau kemudian kembali aktif
menulis di blog. Bahkan berkesempatan menulis bersama Prof. Eko. Alhamdulillah
menjadi 1 di antara 9 orang (angkatan pertama tantangan Prof. Eko) yang bukunya
terbit di penerbit mayor. Karena terbiasa menulis alhamdulillah beliau bisa
menyelesaikan esai di seleksi Calon Pengajar Praktik Pendidikan Guru Penggerak
Angkatan 3 dan lulus. Alhamdulillah saat ini sedang bertugas lagi di Angkatan
6. Beliau memaparkan bahwa menulis bisa dimulai dari hobi, kebutuhan, tuntutan
profesi, dan lain sebagainya. Apa pun alasannya, aktivitas menulis memang tak
bisa lepas dari kita sebagai makhluk yang berbahasa dan berbudaya.
Lalu
apasih yang dinamakan dengan writer's block? Menurut ibu Ditta writer's block
berkaitan dengan:
persepsi
dan aktivitas menulis yang maknanya sangat luas. Sebagaimana dalam kisah di
awal, ada tulisan pribadi dalam bentuk diary, ada karya tulis ilmiah, ada
cerpen, artikel, resume, dsb.
Menulis adalah kata kerja yang
hasilnya bisa sangat beragam. Oleh karena itu tak hanya novelis, cerpenis, jurnalis
atau blogger, namun ada juga copywriter yg tulisannya mengajak orang untuk
membeli produk, ada content writer yang bertugas membuat tulisan profesional di
website, ada script writer penulis naskah film/sinetron, ada ghost writer,
techincal writer, hingga UX writer, dll.
Faktanya,
penulis-penulis tersebut masih bisa terserang virus WB alias Writer's Block. Tak
peduli tua atau muda, profesional atau belum, WB bisa menyerang siapa pun yang
masuk dalam dunia kepenulisan.Oleh karena itu, penting bagi seorang penulis
untuk mengenali WB dan cara mengatasinya.
Karena WB ini bisa menjangkit dalam hitungan detik, menit, hari, minggu, bulan, bahkan tahunan. Tergantung seberapa cepat kita menyadari dan mengatasinya.
Istilah
writer's block sebenarnya sudah ada sejak tahun 1940an. Diperkenalkan pertama
kali oleh Edmund Bergler, seorang psikoanalis di Amerika. Berkaca dari
pengalaman, WB ini bisa terjadi berulang. Me-reinfeksi kita sebagai penulis.
Itulah mengapa saya katakan WB ini sebagai "virus" yang sesekali bisa
aktif bila kondisinya memungkinkan. Ibarat penyakit, tentu akan lebih mudah
disembuhkan bila kita mengetahui faktor penyebabnya, bukan? Begitu pula dengan
WB. Agar bisa terhindar atau segera terlepas dari WB, maka kita perlu mengenali
penyebabnya.
Mencoba metode/topik baru dalam
menulis sebenarnya bisa menjadi penyebab sekaligus obat untuk WB. Misal ketika
jadi penyebab Ada orang yang senang menulis cerpen atau puisi. Kemudian
tiba-tiba harus menulis KTI yang tentu saja memiliki struktur dan metode
penulisan yang berbeda. Bila tak lekas beradaptasi, bisa jadi kita malah terserang
WB. Lalu bagaimana ini bisa menjadi salah satu obat WB? Jawabannya akan
berkaitan dengan faktor penyebab WB yang kedua dan ketiga Dalam Kamus
Psikologi, stres diartikan sebagai ketegangan, tekanan, tekanan batin, tegangan
dan konflik. Lelah fisik/mental
akibat aktivitas harian yang padat juga dapat memicu stress. Pada akhirnya,
jangankan menulis, kita bisa merasa jenuh dan suntuk lalu akan terserang virus
WB. Maka,
mencoba hal baru dalam menulis bisa jadi
alternatif solusi. Mempelajari hal-hal baru yang berbeda dg sebelumnya
pasti menyenangkan. Atau bisa juga dengan cara rehat sejenak dan melakukan hal
yang disukai untuk refreshing. Bisa juga dengan Membaca buku-buku ringan untuk cemilan otak juga bisa jadi solusi
mengatasi WB. Biar bagaimanapun, WB bisa terjadi karena kita belum bisa
mengekspresikan ide dalam bentuk kata.
Dengan membaca, kita bisa menambah
kosa kata. Pada akhirnya, jika diteruskan insya Allah bisa sekaligus mengatasi
WB. Terakhir
yang bisa menyebabkan WB adalah terlalu
perfeksionis.
Beliau
menceritakan kalau beliau masih ingat kisahnya saat menulis diary berbahasa
Inggris yang beliau ceritakan di awal? Apabila beliau membuka kembali diary
berbahasa Inggris yang beliau tulis saat duduk di kelas 2 SMP, maka beliau akan
tersenyum bahkan tertawa sendiri. Bagaimana tidak? Gimana tidak karena grammar
yang beliau tulis banyak yang tidak sesuai, tapi beliau tetap PD menulis tak
hanya satu, ada dua atau tiga diary. Tapi, justru itulah salah satu kunci
menghadapi WB
Bila saat itu beliau terlalu
perfeksionis, terlalu memikirkan apakah tulisannya sudah sesuai kaidah atau
belum, niscaya diary berbahasa Inggris itu tidak akan pernah rampung. Kondisi
menulis dimana kita tidak memikirkan salah eja, salah ketik, koherensi dan sebagainya
ternyata dalam dunia psikologi dikenal dengan istilah free writing atau menulis
bebas.
Sekarang
yang jadi pertanyaan siapa di sini yang masih khawatir tulisannya tidak dibaca?
Khawatir dinyinyir orang? Khawatir dikritik ahli? Khawatir tulisannya nggak
bagus? Dan masiiih banyak kekhawatiran lainnya. Untuk itu kita harus mencoba
menulis bebas untuk mengatasi salah satu penyebab WB-nya. Bukankah tulisan yang
buruk jauh lebih baik daripada tulisan yang tidak selesai? Untuk itu: So, ayooo
semangattt menulisss ...
Selanjutnya dilanjut dengan sesi tanya jawab.
Pertanyaan
pertama dari bu Nurhasanah dr UPT
SMP N 2 tigataksa ibu aktivitas PP angk 3 dan 6 artinya ibu jd pp 2
kali.benarkah? Bukannya hanya satu kali di bolehkan.keren bgt bu
Apa
tips ibu menulis dalam bahasa
inggris.sementra jurusan ibu ipa?
Saya
selalu ingat yg disampaikan oleh guru saya, bahwa belajar bahasa Inggris itu,
tak bisa hanya bicara. Perlu dilatih pula kemampuan mendengar dan menulis dalam
bahasa Inggris.
Yah,
sebagaimana Tes TOEFL dan semacamnya. Kan tidak hanya kemampuan reading saja
yang dites. Hehe. Tips nya sederhana, just do it. Orang Inggris asli pun tidak selalu
terpaku pada grammar kok Nah kita menulis di chat pun kan tidak melulu
menggunakan SPOK toh? Merek pun sama
Yang
penting, kita ngomong/nulis mereka paham, dan mereka ngomong/nulis dan kita
paham. That's it.
Kalau
masih khawatir kan skg hidup sudah semakin mudah, bisa dibantu dicek oleh teman
atau oleh Mbah Google.
Pertanyaan kedua
dari Mugiarni dari Kabupaten Tangerang
1. Bagaimana cara
memulai untuk memperkenalkan budaya digital pada anak SD.
2. Mengingat
sekolah tempat saya mengajar bukan kategori lingkungan yang baik. Orang tua
murid cenderung mengatur guru, sementara dg kondisi mereka yang berpengetahuan
level bawah?
Menurut ibu Ditta untuk menjawab
pertanyaan ke dua beliau berbagi pengalaman, salah satu Guru Penggerak di
Angkatan 3. Beliau juga kurang lebih mengalami hal yang sama. Salah satu
kuncinya ada di komunikasi. GP saya menemui tokoh dari kelompok yang anti
terhadap sekolah. Tidak sekedar tatap muka di sekolah, GP saya bahkan datang
langsung ke rumah beliau. Alhamdulillah hasilnya positif, malah tokoh tersebut
jadi curhat terkait hal-hal yang membuatnya anti pada sekolah.
Mungkin itu bisa dicoba juga, dengan niat yang baik dan tulus dari hati. Karena apa yang disampaikan dari hati, akan sampai ke hati pula
Pertanyaan ketiga dari Indah - Banjarnegara
Bagaimana cara mengatasi WB saat kita
mengikuti 3 pelatihan sekaligus,, seperti yang saya alami saat ini, saya mengikuti
pelatihan KBMN 28, tapi juga minat dengan tantangan Prof. Ekoji, dan juga
program dari pak Dail...semuanya hanya membutuhkan waktu singkat, kadang kalo
digunakan untuk membaca-baca seperti ada waktu yang hilang, mohon pencerahannya
agar semuanya dapat terselesaikan sesuai waktu yang telah ditentukan
Beliau yakin sebetulnya Bu Indah sudah
tau jawaban cara mengatasi WB yang berkaitan dengan waktu. Kalau beliau
di posisi Ibu Indah, beliau akan membuat skala prioritas dan jadwal menulis.
Pertanyaan ke-empat, dari Wahyuning dari Jakarta Pusat. kalimat akhir yang
menusuk di dada, tulisan buruh lebih baik dari pada tulisan yang tidak selesai.
Nyesek dadaku Ibu guru hehe.....tapi boleh donk berikan tips dan trik dari Bu
Dita yang cantik ini untuk saya agar bisa menyelesaikan satu persatu karya yang
masih menjadi draft di laptop
Jawaban bu Ditta Tenang tenang, saya
juga pernah kok membuat tulisan tulisan buruk. Tapi toh itu tetap berkesan
ketika dibaca ulang. Tips
dari saya, coba buka kembali kemudian kelompokkan.
Siapa tau bisa jadi buku. Buku solo
pertama saya berjudul Lelaki di Ladang Tebu juga asalnya kumpulan draft cerpen
di laptop. Kuatkan tekad, olah
kembali. Kalau bisa sambil membuat daftar isi. Mulai dari akhir (bayangkan
bukunya sudah jadi, bukan sekedar draft lagi). Dan tentu saja: mulai menulis Kuatkan tekad, olah kembali. Mari
kita ingat bersama bahwa menulis adalah
kata kerja. Artinya harus dilakukan
baru ia akan bermakna.
Pertanyaan ke-lima dari R. Agung PS_ Jakarta_
Saya sudah merasakan writer's block
ketika tulisan saya sedikit yang membaca.
Muncul di sana keengganan untuk menulis lagi. Apakah yang harus saya
lakukan. Menulis dengan topik aktual tetapi kurang dikuasai, atau terus menulis
tanpa menghiraukan jumlah pembaca?
Pak Agung, saya juga pernah merasa di posisi
Pak Agung. Sedih memang ketika sudah menulis dengan kesungguhan hati namun
masih sedikit yang membaca. Tapi, kalau boleh saya tanyakan ... apa sebetulnya
niat Pa Agung dalam menulis? Seingat saya Prof Eko juga menyarankan agar kita
menulis sesuai dengan minat kita atau yang kita kuasai. Namun, jika niat P
Agung memang menulis agar bisa dibaca banyak orang, banyak cara yang bisa
ditempuh. Tetap
konsisten menulis dan berbagi tulisan, atau ikut kelas menulis khusus untuk
freelance seperti ghost writer, content writer, dll
Berbeda jika ternyata P Agung memiliki
niat lain, Misal, untuk berbagi pengalaman, Maka, jangan jadikan jumlah pembaca
sebagai patokan.Karena setiap penulis akan menemukan takdir pada para
pembacanya. Yakin, bahwa setiap tulisan yang kita buat akan tetap bermanfaat
walau hanya untuk satu orang. Bukankah, satu tulisan yang bermanfaat atau
menginspiy bagi satu orang, akan lebih baik daripada tulisan yang dibaca banyak
orang tapi mudah dilupakan? “Menginspirasi,” untuk banyak orang.
Pertanyaan ke-enam dari Rahman Sumenep, Mau Bagaimana cara kita untuk
menghilangkan rasa keragu-raguan saat menulis, karena ide mandek di tengah
jalan?
Menurut Bu Ditta menulis dengan teknik
free writing alias menulis bebas, Saat mandek, coba tulis saja, "Sekarang
ini saya sedang buntu menulis. Entah mengapa tiba-tiba mandek. Seperti sedang
berlari sprint lantas menabrak tembok .... dst." Atau bisa
juga: "Jujur, saat ini aku ragu. Ragu jika tulisanku ini seindah pelangi.
Seharum mawar. Atau sebaik intan yang akan dipandang banyak orang. Banyak
ketakutan yang muncul dalam benakku ... dst" Nah kan meski mandek, dengan
teknik free writing (biarkan tangan menulis dan ide muncul belakangan, tak
perlu bingung benar salah yang penting nulis). Eh belom beres ya, Dengan teknik
free writing, insya Allah bisa kabur tuh virus WB nya Selamat mencoba
Pertanyaan ke-tujuh dari Maria Ulfa dari Lombok
1. Apa kita jg bisa meraih mimpi
seperti Ibu Ditta yang hebat, walau kami tidak se-getol Bu Ditta?
2. Apa yang paling penting
dipersiapkan utk menjadi seorang penulis. Terima kasih
Jawabannya 1. Pasti bisa dooong, yang
penting harus yakin.2. Mental seorang penulis. Jika berkenan, silakan simak
video yang saya buat tentang mental seorang penulis ya Bun :
Pertanyaan ke-delapan dari Umatun nur islamiuato peserta KBMN 28 dari Kemenag
kab Magelang jateng.saya penulis awam dan masih awal.semangat menulis karena
kagum kpd Bunda Lilis sutikno.
Pertanyaan: Bagaimana trik trik biar
bisa menulis yang bermutu. Saya mulai menulis sudah setua ini umur saya yaitu
50 tahun lebih.tapi saya semangat
Kisah Bunda Lilis dan Bunda Kanjeng
cocok jadi inspirasi nih untuk kasus Bunda.
Untuk tipsnya "practice makes
perfect" dan perbanyak membaca terkait dengan apa yang akan kita tulis. Misal
jika Bunda senang menulis puisi, maka mari membaca karya karya sastrawan
terkemuka.
Bila senang cerpen, mari perbanyak
baca cerpen yang berhasil dimuat di media massa atau karya cerpenis populer. Membacanya
harus seperti kacang goreng. Dinikmati, diresapi kata-katanya, kenali diksi
yang digunakan, dsb. Bukankah makan kacang goreng lebih nikmat bila perlahan,
bukan sekaligus Lain halnya jika ingin menulis karya ilmiah, ya mesti mau
membaca jurnal. Hehe Saya pernah baca tulisan Prof. Ngainun, jika ingin menulis
jurnal, setidaknya kita harus membaca beberapa volume dari jurnal yang kita
targetkan. Pokoknya tetap semangat ya Bun. Usia bukan halangan bagi seseorang
untuk bisa menjadi penulis andal
Sekarang tiba
saatnya dipenghujung acara, dan moderator meminta bu Ditta untuk memberikan
closing statement, dengan sebuah pepatah
"It doesn't matter how brilliant
is your brain. If u do not speak up, it would be zero."
Mari, tuangkan dan sampaikan ide ide
kita, pemikiran pemikiran kita, perasaan perasaan kita agar menjadi lebih
bermakna.
Moderator mengucapkan terima kasih kepada
bu Ditta atas inspirasinya malam ini. Dan terima kasih juga karena berkenan
memberikan kata pengantar dan ikut menulis di antologi writer's block.
Namun
sebelum acara ditutup ada yang ingin disampaikan
oleh moderator
Sedikit tips yang beliau kutip dari
seorang penulis bernama Mark Twain:
"Rahasia untuk maju adalah
memulai. Rahasia untuk memulai adalah memecah tugas-tugas rumit Anda yang luar
biasa menjadi tugas-tugas kecil yang dapat dikelola, dan kemudian memulai dari
yang pertama." Selamat
merangkai kata-kata di buku solo Bapak Ibu. Semoga semuanya sukses selalu.
Kita tutup kegiatan ini dengan membaca
Hamdalah.. Alhamdulillahirobbil'alamiin..
Terima kasih..
Wassalamu'alaikum
Wr. Wb.
Mantap keren ... lanjuut dan tetap semangat ... moga kita semua peserta KBMN Gelombang 28 ini tetap konsisten mengikuti kelas belajar menulis ini sampai bisaa..
BalasHapusAminnn, mksh pak
BalasHapusWah lengkap
BalasHapusMakasih, ni masih tahap belajar mohon suportnya ya....
HapusKeren semangat belajar nulisnya
BalasHapusMakasih, motivasinya ya pak
HapusMasya Allah postingannya lengkap sekali mantap
BalasHapusMakasih motivasinya semoga kita semua bisa terbitkan buku solonya
HapusLuaaaar biasa, kereen abis resumenya
BalasHapusMakasih bunda semoga saya bisa konsiten nulisnya
HapusLengkap, ruar biasa
BalasHapusMakasih bunda, semangat pantang mundur he...he...
HapusGenrenya deskriptif naratif.ke depan bisa dikembangkan lebih ke analitis komparasi. Semangat! Lanjutken ...
BalasHapusMakasih masukannya bunda
HapusKomplit..Mantap👍🏻
BalasHapusMakasih, bunda
HapusMasyaAllah luar biasa ..lengkap.
BalasHapusMaksih
HapusLuar biasa. Sangt lengkap. Semoga bisa belajar. Salam silaturahmi. Mhn mampir di www.aleepenaku.com
BalasHapusMakasih masukannya, mari semangat untuk menulis
HapusPanjang, lengkap alias komplit nulisnya. Lanjutkan!!!
BalasHapusSemangat, biar bisa terbitkan buku solo
Hapus